Lampung Utara – Soal lambanya informasi mengenai hasil laboratorium terkait Susu Nasional yang di duga sebagai pemicu siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Kelapa Tujuh kabupaten Lampung Utara, Kepala puskesmas (Kapus) Wonogiri menyebut, ranah tersebut merupakan ranah dinas kesehatan kabupaten dan BPOM di Provinsi Lampung. Jum'at (12/09/2025).
Menurut Forniyati Kapus Wonogiri, pihaknya hanya sebatas memberi pengobatan terhadap pasien, dimana ketiga siswa SD yang mendapat pengobatan di puskesmasnya di berikan secara gratis.
Hal itu lantaran, pihak sekolah telah bekerjasama terhadap sekolah untuk berobat geratis, bilamana sakit yang di alami oleh siswa pasien, masih dalam keadaan jam belajar.
“Untuk hasil laboratorium itu bukan kami puskes yang periksa, tapi BPOM dari Bandar Bampung. kami hanya sebatas pengobatan pada pasien dan melakukan pembinaan ke pedagang di sekitar sekolah juga memberi pemahaman pada pihak sekolah untuk lebih hati-hati dan tidak bosan memberitahu murid agar tidak jajan sembarang” jelas Forniyati.
Terkait Susu eceran bermerk Susu Nasional itu yang di duga sebagai pemicu siswa SD keracunan lanjutnya. Persoalan tersebut sekarang sudah di tangani oleh dinas kesehatan kabupaten Lampung Utara dan langsung di tindak lanjuti ke pemeriksaan oleh Badan Pengawa Obat dan Makanan (BPOM).
Sebelumnya, orang tua murid yang mengalami dugaan keracunan susu, yang di beli oleh siswa dari pedang di luar lingkungan sekolah protes, lantaran belum mendapatkan informasi hasil laboratorium mengenai minuman bermerk Susu Nasional.
Sementara, hingga berita ini di tayangkan, pihak pemerintah desa (Pemdes) Candimas telah mengantongi identitas penghuni rumah, dimana sebelumnya penyewa rumah tersebut hanya sebatas lisan menghuni rumah tersebut sebagai tempat tinggal, bukan sebagai gudang usaha.
Dugaan siswa SD yang keracunan itu viral. Sementara di duga kuat sebagai pemicunya adalah susu, yang terindikasi hasil dari daur ulang atau praktik curang dari pengelola usaha.
“Anak saya itukan belum makan apa-apa, sebelum meminum susu itu. Sedangkan rasa susu yang di beli anak saya itukan semestinya rasa coklat, karena yang di beli rasa coklat sesuai dengan kemasannya. Tapi dimulut, yang di rasa anak saya, rasanya asam” ujar Muslim orang tua murid pada wartawan.
Sampai saat ini pula dari pihak sekolah belum melihat kondisi anak kami di rumah lanjut dia. Sementara kejadian itukan terjadi saat anak kami ini dalam proses belajar di sekolah. Ini malah yang datang kerumah kami adalah pihak dari makan gizi gratis (MBG) buak dari sekolah. makanya saya sempat marah di sekolahan itu tadi, karena saya merasa anak saya tidak di anggap manusia. (Anjori-tim)
			


























		    










