Lampung Tengah – KWI-Perjuangan
Duka menyelimuti keluarga Billal Azzam Syah (7) yang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Mitra Mulia Husada (RSU MMH) Bandar Jaya, Lampung Tengah.
Pasalnya, keprihatinan itu tidak hanya datang dari perasaan duka keluarga, tetapi pihak keluarga juga memprotes terkait pelayanan medis, dan komunikasi prihal kematian korban yang diterima dari RSU tersebut.
Menurut keterangan dari Sarbini (50)
warga Dusun 01, RT.002, RW.001 Kamp.lndra Putra Subing, Kec.Terbanggi Besar, Lamteng, ayah almarhum yang menyebut bahwa anaknya mengidap penyakit amandel, yang sebelumnya mengeluhkan kesulitan bernafas dan gangguan tidur. Keluhan tersebut seharusnya menjadi perhatian serius, mengingat kondisi kesehatan anaknya semakin memburuk. Namun, keluarga merasa bahwa pihak rumah sakit tidak segera memberikan penanganan yang lntensif, yang mungkin bisa mencegah terjadinya komplikasi yang berujung pada kematian.
“Anak saya masuk ke RSU MMH pada pukul 24.00 Wib dini hari. Namun saya merasa kecewa karena setelah menjalani perawatan medis selama kurang lebih 6 jam, anak saya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 07.05 Wib,” ujar Sarbini, Kamis (24/8).
Keluarga lanjutnya merasa kebingungannya terkait dengan diagnosa yang diterima dari pihak rumah sakit, yang menyatakan bahwa almarhum didiagnosa, Cardiac Arrest. Dia merasa bahwa keluhan penyakit amandel yang diderita oleh anaknya seharusnya tidak berkembang menjadi kondisi yang begitu serius.
“Yang lebih membuat kami bertanya, dimana usai anak saya dinyatakan meninggal, pihak RS seolah tergesa-gesa untuk segera mengantar jasad anak saya ke rumah, bahkan Ambulance yang digunakan bukan Ambulance milik RSU MMH, melainkan Ambulance Badan Pengelola Keuangan Haji, (BPKH) tanpa adanya koordinasi dengan kami pihak keluarga,” ungkapnya.
Humas RSU MMH, Sudar ketika dikonfirmasi bahkan meminta waktu untuk berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak RS, dengan alasan bahwa dirinya belum mengetahui jelas terkait kronologis wafatnya pasien atas nama Billal Azzam Syah, (7).
“Maaf mas, nanti saya hubungi lagi ya, karena saya saat ini sedang rapat di Disnaker,” ujarnya.
Dengan belum adanya keterangan resmi dari pihak RSU MMH terkait kronologis kematian pasien itu tentunya semakin memperuncing polemik antara keluarga pasien dan rumah sakit, dan mengundang pertanyaan lebih lanjut tentang kualitas pelayanan medis yang ada di RSU tersebut.
Kematian yang tragis ini kembali mengingatkan pentingnya peran komunikasi yang baik antara keluarga pasien dan pihak rumah sakit. Sebuah pertanyaan besar muncul: apakah kematian ini bisa dihindari jika tindakan medis yang lebih cepat dan tepat diberikan kepada pasien? Langkah-langkah preventif dan responsif dalam merawat pasien harus senantiasa diutamakan demi mencegah terulangnya kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Dalam suasana duka yang mendalam, keluarga Billal Azzam Syah berharap ada klarifikasi yang lebih jelas mengenai penanganan medis yang diberikan kepada anak mereka. Di sisi lain, pihak rumah sakit diharapkan dapat memberikan transparansi dan tanggapan yang memadai terkait protes yang mereka sampaikan. Semua pihak berharap agar tragedi ini dapat memberikan pelajaran berharga bagi sistem pelayanan kesehatan, sehingga ke depannya, setiap pasien dapat menerima perawatan yang optimal demi keselamatan dan kesejahteraan mereka.(Edi)